Monday, June 3, 2013

Dimanakah Kita Diantara Ketiganya?


Ahad, 2 Juni 2013 bertepatan dengan tanggal 23 Rajab 1434 H, saya diminta untuk menjadi pembicara mengenai “Realita Kehidupan Pasca Sekolah” dalam acara Pemantapan Santri Mu’alimien (PSM) Pesantren PERSIS 109 Kujang, Ciamis, Jawa Barat.

Program PSM ini dilaksanakan dengan maksud sebagai bagian persiapan santri untuk menghadapi dunia pasca sekolah. Program dilaksanakan selama dua hari yang diisi dengan tema diskusi menarik dan aktual.

Walau diminta untuk mengisi tema “Realita Kehidupan Pasca Sekolah”, akan tetapi saya tidak terfokus pada persoalan seputar isu tersebut. Justru saya mulai diskusi tersebut dengan hal yang lebih prinsipil yakni mengenai hakikat.

Diskusi saya mulai dengan bahas mengenai tipologi manusia. Tentu sangat banyak tipe atau karakter manusia di muka bumi ini yang dipengaruhi pada banyak faktor. Akan tetapi setidaknya manusia dapat kita bedakan dalam tiga tipe, yakni:

1.      Tipe ‘”Haywaniyyah”
2.      Tipe “Al Insan ‘Ammah“
3.      Tipe “Al Insan Al Kamil”

Sekilas mungkin pembaca sudah memahami apa maksud dari ketiga tipe manusia tersebut. Marilah kita kupas satu persatu. Manusia tipe pertama adalah haywaniyyah, adalah sosok manusia yang disebut dalam Al Quran dengan pengibaratan yang sangat hina “kal an’am bal hum adhol”. Manusia tipe ini adalah manusia yang memang memiliki mata tapi belum sampai taraf “penglihatan”, mereka juga memiliki telinga tapi belum “pendengaran”, mereka juga memiliki hati tapi belum mencapai tingkat “pemahaman”. Dari sini daat kita fahami bahwa adanya mata, telinga, dan hati secara fisik, tidaklah menjamin seorang manusia dapat melihat, mendengar, dan memahami kebenaran. Itulah sebabnya diutus Nabi dan Rasul kepada suatu kaum untuk membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkan kepada mereka kitab, dan menyucikan kaumnya dari segala dosa dan kehinaan. Manusia tipe “haywaniyah” tidaklah ubahnya mereka kecuali seperti binatang bahkan lebih buruk lagi.

Tipe manusia kedua adalah satu tingkat di atas tipe pertama, sebut saja “Al Insan ‘Ammah”. Yakni seorang manusia yang seperti kebanyakan orang pada umumnya. Orientasi hidup dan kehidupannya sangat pendek dan pragmatis. Yang mereka fahami dan yakini bahwa kehidupan hanyalah dunia saja. Soal adanya hari pembalasan, siksa atau nikmat kubur, akhirat, surga, neraka, Tuhan, dan perkara ghaib lainnya tidak pernah terbayang atau kalaupun tahu tetap saja memilih untuk lalai. Mereka melampaui batas atas kesenangan duniawi, padahal akhirat itu lebih baik lagi kekal abadi (wal aakhiratul khoirun wa abqo). Dalam tipe inilah kafirin dan munafiqin memposisikan dirinya.

Terakhir adalah tipe manusia yang disebut sebagai “Al Insan Al Kamil”. Secara bahasa ia dapat diartikan sebagai “manusia paripurna”. Seluruh manusia memang telah diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik penciptaan (ahsani taqwim), akan tetapi tidak banyak manusia yang berhasil memanfaatkan potensi dirinya itu. Sebagaimana juga Allah menciptakan kehebatan otak, namun sedikit sekali manusia yang memaksimalkan potensi otak yang dianugerahkan Allah itu. Dalam dimensi tasawuf, “Al Insan Al Kamil” adalah sosok manusia yang telah mencapai derajat yang tinggi, dimana mereka mengenal hakikat diri dan Tuhan-Nya. Mereka menjadi manusia yang melepaskan dirinya untuk semata-mata mengabdi pada Allah.


Saat ini kita hidup dalam alam dunia, sebelumnya telah kita lewati alam ruh dan rahim ibunda kita masing-masing. Lalu nanti akan kita hadapi, mau tidak mau, alam selanjutnya yakni alam barzakh, alam mahsyar, dan berujung pada dua terminal akhir, surga atau neraka. Ketiga tipe manusia di atas hidup pada dunia yang sama. Disinilah tempat manusia hidup, beramal, diuji, dinilai, yang menentukan derajatnya di alam selanjutnya. Tidak ada pilihan lain yang harus kita pilih sebagai mukmin kecuali untuk berusaha menjadi manusia tipe ketiga, yakni tipe “Al Insan Al Kamil”. Menjadi “Al Insan Al Kamil” tidaklah mudah tapi juga bukan perkara mustahil. Untuk itulah “hidup” dan “mati” diciptakan Allah dan pasti dilalui oleh seluruh manusia, agar Allah mengetahui siapa diantara kita yang paling baik amalnya (Huwa al-ladzii kholaqo al-mauta wa al-hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala)

No comments:

Post a Comment