Thursday, February 28, 2013
“22 tahun, 1 bulan, sekian hari”
22 tahun, 1 bulan, sekian hari
Berlalu
Mengalir
Sirna begitu saja
Menjurus meander dangkal kali menuju samudera
22 tahun, 1 bulan, sekian hari
Berlalu
Menguap
Tak berbekas
Bersama jutaan peluh keringat berpadu polusi menuju terik angkasa
22 tahun, 1 bulan, sekian hari
Berlalu
Menerabas belantara Gamalama
Menuju puncak virtue Kalimanjaro
Tentang hasrat dan awang
22 tahun, 1 bulan, sekian hari
Berlalu
Menelisik hakikat dalam intrik kotor amoral
Menyerah lalu bangkit
Menyerah untuk yang kedua, lantas bangkit untuk yang ketiga
Seterusnya terjerembab dalam kekepan dialektika
22 tahun, 1 bulan, sekian hari
Berlalu
Mengalir AKU
Menguap AKU
Menerabas AKU
Menelisik AKU
22 tahun, 1 bulan, sekian hari
Berlalu
AKU tak lebih kumpulan dialektik pemikiran orang
Entah para Nabi, segenap Filsuf, Sosiolog, Politisi, para Profesor, intelektual kolot, kaum birokrat, Kyai, Ajengan, Seniman bebas, Entertain, Pewarta Berita, Gembel, Pengamen Jalanan Jogja, mungkin juga Mbah Penjual Pecel Cemoro Sewu
Semua tentang Mengikuti hasrat khalayak
Lelah
Menutup mata
Menyentuh sukma
Dalam dekap kesendirian
22 tahun, 1 bulan, sekian hari…..
Sama sekali bukan narasi apik
Sekedar potret parsial hidup yang dinamis
Subscribe to:
Posts (Atom)