Sebagaimana biasa
setiap hari senin diadakan forum pengajian di kantor. Tidak ada yang istimewa,
semua berjalan seperti biasanya. Agenda yang tersusun berjalan sesuai dengan
rencana. Mulai dari membaca Al Quran hingga pengumuman atau arahan dari
Manajemen. Suasana menjadi sedikit berbeda ketika di akhir forum diumumkan
bahwa ada seorang sahabat kami mengalami musibah.
“Amilin/Amilat yang
dirahmati Allah hari ini kita semua berduka, saudari kita yang menjadi
konsultan ISO wafat pagi tadi. Mari kita berdoa dan melakukan sholat ghaib untuk almarhumah. Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosanya” begitu
bunyi pengumuman yang diinformasikan oleh salah seorang Kepala Divisi kantor
kami.
Sontak semua hening dan
terdiam, tak luput juga diriku yang duduk paling depan berhadap-hadapan dengan
pemberi informasi. Kecuali segelintir orang yang tak mau mengambil pelajaran,
yang selalu berbisik-bisik mengganggu kekhusyu’an forum. Yang menjadikan nyeletuk sebagai karakter. Sungguh yang
demikian ini tidak diperkenankan, bahkan dilarang oleh agama karena dikhawatirkan
akan menyakitkan hati pembicara.
“Innalillahi wa inna
ilaihi roji’un”, kalimat itu keluar dari seluruh mulut yang hadir. Sederhana,
tapi semua faham arti kalimat itu. Hampir semua tertunduk mengingat-ingat kesan
masing-masing dengan almarhumah. Juga
mengingat kelemahan dan kealfaan diri selama ini.
Begitulah orang beriman
berucap ketika mereka mendapatkan musibah. Bahwa kalimat istirja’ diperlukan agar kita mengingat bahwa asal dari segala
sesuatu adalah Allah dan berpulang kepada-Nya. Seluruh makhluk adalah fana’ sedang baqo’ adalah absolut milik-Nya.
Secara pribadi tidak
banyak interaksi yang terjadi dengan almarhumah,
hanya sekedar tegur salam dan sapa. Hanya
saja belakangan ini cukup intens berkomunikasi
dengan beliau membicarakan perkembangan penyusunan salah satu SOP ISO Divisi
yang sedang di revisi.
Forum pagi tadi masih
hening seakan tak percaya hal tersebut terjadi, tapi betul bahwa beliau telah
dipanggil oleh-Nya. Kesanku pun demikian tersebab kamis lalu masih berinteraksi
dengan beliau. Kudatangi ruanganya tepat setelah maghrib kemudian kita berbincang cukup lama hingga isya menjelang. Sempat beberapa kali
candaan dan tawa keluar secara spontan dan begitu saja. Bagaimanapun ia
muslimah yang bersahaja.
Seyogyanya kebahagiaan
selalu meliputi setiap mukmin sekalipun ia dalam kesulitan atau tertimpa musibah.
Hal ini tidaklah mengherankan karena Nabi SAW sudah sampaikan bahwa ajaib
perangai si mukmin, mereka bersabar ketika mendapat musibah, dan bersyukur jika
mendapat anugerah. Walaupun keduanya juga disebut musibah, yakni ujian. Banyak
yang berhasil diuji dengan kesulitan, akan tetapi berapa banyak yang gagal
diuji dengan kemudahan, begitu juga sebaliknya.
Si mukmin berbahagia
karena ia mengetahui dan berbaik sangka pada Allah SWT bahwa setiap buah dari
setiap kejadian adalah hikmah. Maka apapun dan siapapun yang dihadapi dijadikan
guru dalam sekolah kehidupan yang terus berjalan. Itulah kiranya sekelumit
makna ‘ajaban dalam potongan hadits
Rasulullah SAW dalam menggambarkan keajaiban dan kemuliaan sifat si mukmin.
Kematian adalah
kepastian sebab kekekalan hanyalah milik pencipta kematian itu sendiri, yakni
Allah SWT. Kematian adalah suatu nasihat. Jika biasanya nasihat tersampai
melalui lisan atau tulisan, maka mati menggunakan cara lain untuk memberi
nasihat, yakni dengan diam. Setiap orang yang mendengar atau berta’ziah kepada
si mayit pasti selalu berfikir dan ingat kepada Allah, ingat kepada segala amal
perbuatan yang telah lalu. Seketika orang mengucap innalillah, tiba-tiba orang-orang mengucapkan kalimat istighfar. Maka mati menjadi pengingat,
menjadi penasehat. Itu mengapa Nabi sampaikan bahwa salah satu hak muslim
terhadap muslim lainnya adalah berta’ziah jika saudaranya wafat. Hal ini tentu
saja bukan sekedar menjalin silaturahmi dan penguatan ukhuwah sesama muslim,
tapi merupakan sarana bagi yang masih hidup untuk introspeksi diri.
Ketika seorang manusia
lahir maka keluarga dan kerabatnya di dunia tersenyum bergembira sedang si bayi
menjerit menangis. Sebaliknya ketika ia wafat seluruh sahabat dan kerabatnya
sedih dan menangisinya. Alangkah indahnya jika si mayit tersenyum bahagia
karena rekaman amal baik sedang diputar oleh malaikat untuknya. Maka tak heran
banyak yang tersenyum di kala menjelang sakaratul mautnya.
Perlu juga direnungi
bahwa pada hakikatnya ketika seorang wafat meninggalkan dunia ini maka yang
terjadi adalah si mayit yang istirahat dari jahatnya tipuan dan ujian dunia
beserta seluruh makhluqnya, atau sebaliknya dunia dan beserta isinyalah yang
beristirahat dari kejahatan tangannya. Yang pertamalah yang kita harapkan,
semoga Allah SWT melindungi diri kita dari yang kedua.
masya Allah... tulisannya penuh nasihat banget mas farid. dari yang gemar nyeletuk sampai jadi karakter, hingga indahnya khusnul khatimah... :') so glad i could read this. alhamdulillah.
ReplyDeleteAlhamdulillah...semoga manfaat Mba Dwi, saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebenaran ya, sebab manusia adalah insan, asal kata nisyan, yang artinya pelupa :)
Delete